Assalamualaikum & salam sejahtera.
Hari nie nak share tentang tajuk entri di atas. Jom teruskan bacaan.
Awan sedikit mendung, ketika kaki² kecil Yani berlari² gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu isyarat merah ketika itu.
Baju merahnya yg agak lusuh melambai² di tiup angin sepoi² bahasa. Tangan kanannya memegang ais krim, sementara tangan kirinya memegang erat tangan ayah yg memimpinnya.
Yani & ayahnya memasuki kawasan perkuburan awam Kg Haji Mat, berjalan menuju ke sebuah pusara tua lalu duduk berhampiran dgn sebuah batu nisan yg di atasnya tertulis ❝Hajjah Rogayah binti Muhammad, 19-Okt-1915 : 20-Okt-1965❞
Yani melihat wajah ayahnya, lalu meniru ayahnya yg mengangkat & menadah tangan ke atas. Yani juga turut memejamkan mata seperti ayahnya. Yani mendengar setiap patah ayahnya yg sedang khusyuk berdoa utk neneknya.
Ayahnya mengangguk sambil tersenyum. Ayah memandang pusara itu dgn penuh rasa kerinduan pada ibunya.
Kata Yani berlagak sambil matanya menerawang, berfikir membuat kiraan & jarinya cuba menghitung.
Yani menolehkan kepalanya ke kiri & ke kanan, memandang sekeliling, melihat banyak kuburan di sana sini.
Di sebelah kubur neneknya, ada sebuah kubur tua yg sudah berlumut tertulis ❝Muhammad Zaini, 19-Feb-1882 : 30-Jan-1910❞
Jarinya menuding ke arah sebuah nisan betul² di sebelah kubur neneknya.
Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya mengusap² kepala anak tunggal yg sangat di sayanginya itu.
“Yaa betullah tu, kenapa adik bertanya begitu?” kata si ayah sambil merenung mata anaknya.
“Hmmm, kelmarinkan ayah ada beritahu selepas adik mengaji quran dgn ayah, bahawa kalau kita mati, tapi kita banyak dosa & tidak sempat bertaubat sebelum ajal kita, maka kita akan disiksa oleh Allah di neraka kelak” kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya.
Ayahnya tersenyum, mendengar celoteh anaknya yg bijak itu.
Yani terkelip² memandang wajah ayahnya menunggu jawapan kpd pendapat yg dilontarkannya.
Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak sedikit berkerut di keningnya, tampak seolah² dia agak terganggu dgn soalan anaknya itu.
“Yer nak, betullah apa yg kamu katakan. Kamu memang seorang anak yg bijak,” jawab ayahnya pendek.
Balik dari menziarah kubur, ayah Yani tampak begitu gelisah di atas sajadahnya. Dia begitu terkesan dgn kata² anaknya siang tadi. Dia memikirkan apa yg dikatakan anaknya dgn penuh keinsafan.
Lalu si ayah tertunduk, menitiskan air mata keinsafan.
Kalau dia meninggal dunia tetapi membawa banyak dosa & kiamat pula 1000 tahun lagi belum tentu terjadi, bermaksud dia akan disiksa di dlm kubur lebih dari 1000 tahun?
Air matanya semakin banyak menitis. Sanggupkah dia diseksa selama itu?
Itu kalau kiamat akan datang lagi 1000 tahun.
Kalau 2000 tahun lagi?
Kalau 3000 tahun lagi?
Selama itu dia terpaksa menderita disiksa menunggu kiamat tiba di dlm kuburnya.
Apa selepas azab kubur, akan menjadi lebih baik?
Bukankah akan jadi lebih parah lagi?
Tahankah aku?
Padahal terkena percikan minyak panas pun sudah meronta² menjerit kesakitan. Sakit gigi di malam hari pun terasa dunia seperti sudah tiada maknanya lagi dunia yg ada.
Maka tahankah aku dgn siksaan kubur & api neraka?
Si ayah semakin menunduk, air matanya berlinangan, menitis hingga ke janggutnya.
Berulang kali dia mengucapkan DOA itu hingga serak suaranya. Merintih merayu memohon keampunan kpd Tuhannya.
Dia berhenti sekejap ketika terdengar batuk anaknya Yani yg tidur berhampiran tempat solatnya.
Dihampirinya Yani yg tertidur lena di atas katil, mungkin disebabkan keletihan mengikutnya menziarahi kubur tadi. Si ayah lalu membetulkan selimut anaknya.
Yani terus tertidur. Tanpa mengetahui, betapa si ayah sangat terkesan dgn kata²nya. Si ayah sangat berterima kasih kpdnya krn telah menyedarkannya akan erti kehidupan yg sementara ini. Sesungguhnya dunia ini hanyalah permainan yg menipu daya.
Moga ia berkesan di hatiku & hatimu. Ayuh muhasabah diri.
Wallahualam.
Hari nie nak share tentang tajuk entri di atas. Jom teruskan bacaan.
Awan sedikit mendung, ketika kaki² kecil Yani berlari² gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu isyarat merah ketika itu.
Baju merahnya yg agak lusuh melambai² di tiup angin sepoi² bahasa. Tangan kanannya memegang ais krim, sementara tangan kirinya memegang erat tangan ayah yg memimpinnya.
Yani & ayahnya memasuki kawasan perkuburan awam Kg Haji Mat, berjalan menuju ke sebuah pusara tua lalu duduk berhampiran dgn sebuah batu nisan yg di atasnya tertulis ❝Hajjah Rogayah binti Muhammad, 19-Okt-1915 : 20-Okt-1965❞
“Nak, inilah kubur nenekmu. Mari Kita berdoa utk nenek mu ya.”
Yani melihat wajah ayahnya, lalu meniru ayahnya yg mengangkat & menadah tangan ke atas. Yani juga turut memejamkan mata seperti ayahnya. Yani mendengar setiap patah ayahnya yg sedang khusyuk berdoa utk neneknya.
“Ayah, nenek masa meninggal dunia, umurnya 50 tahun kan?”
Ayahnya mengangguk sambil tersenyum. Ayah memandang pusara itu dgn penuh rasa kerinduan pada ibunya.
“Hmmm, maksudnya nenek sudah meninggal 42 tahun kan ayah?”
Kata Yani berlagak sambil matanya menerawang, berfikir membuat kiraan & jarinya cuba menghitung.
“Ya, nenekmu sudah di dlm kubur selama 42 tahun…”
Yani menolehkan kepalanya ke kiri & ke kanan, memandang sekeliling, melihat banyak kuburan di sana sini.
Di sebelah kubur neneknya, ada sebuah kubur tua yg sudah berlumut tertulis ❝Muhammad Zaini, 19-Feb-1882 : 30-Jan-1910❞
“Hmm… Kalau kubur itu, orangnya sudah meninggal dunia 106 tahun yg lepaskan ayah?”
Jarinya menuding ke arah sebuah nisan betul² di sebelah kubur neneknya.
Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya mengusap² kepala anak tunggal yg sangat di sayanginya itu.
“Yaa betullah tu, kenapa adik bertanya begitu?” kata si ayah sambil merenung mata anaknya.
“Hmmm, kelmarinkan ayah ada beritahu selepas adik mengaji quran dgn ayah, bahawa kalau kita mati, tapi kita banyak dosa & tidak sempat bertaubat sebelum ajal kita, maka kita akan disiksa oleh Allah di neraka kelak” kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya.
“Betulkan ayah?”
Ayahnya tersenyum, mendengar celoteh anaknya yg bijak itu.
“Ya, jadi apa yg adik fikirkan?”
“Iyalah… Kalau nenek banyak dosanya, bermaksud nenek sudah disiksa di kubur ini sejak kira² 42 tahun yg lalukan ayah? Tapi kalau nenek banyak pahalanya, bermaksud sudah 42 tahunlah nenek berehat & berasa aman tenteram di dlm kubur. Begitukan ayah?”
Yani terkelip² memandang wajah ayahnya menunggu jawapan kpd pendapat yg dilontarkannya.
Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak sedikit berkerut di keningnya, tampak seolah² dia agak terganggu dgn soalan anaknya itu.
“Yer nak, betullah apa yg kamu katakan. Kamu memang seorang anak yg bijak,” jawab ayahnya pendek.
Balik dari menziarah kubur, ayah Yani tampak begitu gelisah di atas sajadahnya. Dia begitu terkesan dgn kata² anaknya siang tadi. Dia memikirkan apa yg dikatakan anaknya dgn penuh keinsafan.
❝42 tahun hingga sekarang. Kalau kiamat datang 100 tahun lagi…142 tahun disiksa .. atau bahagia dikubur ...❞
Lalu si ayah tertunduk, menitiskan air mata keinsafan.
Kalau dia meninggal dunia tetapi membawa banyak dosa & kiamat pula 1000 tahun lagi belum tentu terjadi, bermaksud dia akan disiksa di dlm kubur lebih dari 1000 tahun?
❝Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’un❞
Air matanya semakin banyak menitis. Sanggupkah dia diseksa selama itu?
Itu kalau kiamat akan datang lagi 1000 tahun.
Kalau 2000 tahun lagi?
Kalau 3000 tahun lagi?
Selama itu dia terpaksa menderita disiksa menunggu kiamat tiba di dlm kuburnya.
Apa selepas azab kubur, akan menjadi lebih baik?
Bukankah akan jadi lebih parah lagi?
Tahankah aku?
Padahal terkena percikan minyak panas pun sudah meronta² menjerit kesakitan. Sakit gigi di malam hari pun terasa dunia seperti sudah tiada maknanya lagi dunia yg ada.
Maka tahankah aku dgn siksaan kubur & api neraka?
❝Ya Allah ampunkan segala dosa²ku selama ini.❞
Si ayah semakin menunduk, air matanya berlinangan, menitis hingga ke janggutnya.
❝Allahumma as aluka khusnul khootimah…❞
Berulang kali dia mengucapkan DOA itu hingga serak suaranya. Merintih merayu memohon keampunan kpd Tuhannya.
Dia berhenti sekejap ketika terdengar batuk anaknya Yani yg tidur berhampiran tempat solatnya.
Dihampirinya Yani yg tertidur lena di atas katil, mungkin disebabkan keletihan mengikutnya menziarahi kubur tadi. Si ayah lalu membetulkan selimut anaknya.
Yani terus tertidur. Tanpa mengetahui, betapa si ayah sangat terkesan dgn kata²nya. Si ayah sangat berterima kasih kpdnya krn telah menyedarkannya akan erti kehidupan yg sementara ini. Sesungguhnya dunia ini hanyalah permainan yg menipu daya.
“Tuhan leraikanlah dunia,
Yg mendiam di dlm hatiku,
Krn di situ tidakku mampu,
Mengumpul dua cinta…
Hanya cinta-Mu kuharap tumbuh
Dibajai bangkai dunia yg kubunuh”
✿Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku…✿
Moga ia berkesan di hatiku & hatimu. Ayuh muhasabah diri.
Wallahualam.
2 123 Bingkisan Sahabat:
Salam Wana.
Terkesan di hati..Umi mohon copy ye..
copy saja ummi...
memang wana nak kalo semua org ble baca...
Post a Comment